PENGOPERASIAN EQUALISER GRAFIK
Dalam dunia audio selain equaliser paramterik juga ada equaliser grafik. Contoh equaliser grafik seperti gambar berikut.Nama equaliser grafi berasal dari kondisi equaliser yang memakai slider naik-turun dari potensiometer geser untuk mengatur gain dari cutting hingga boosting. Dari titik-titik slider itu kemudian akan terbentuk seperti grafik tertentu yang langsung kita kenali sebagai hasil respon sistem audio yang akan dihasilkan. Dalam contoh di atas, equaliser grafik bagian atas diatur membentuk dua gelombang dari frekuensi terbawah hingga teratas. Dari bentuk grafik gelombang itu langsung kita tahu bahwa respond audio yang akan dibentuk adalah seperti bentuk grafik itu sendiri yaitu, bass akan di-boost, low-mid akan di-cut, mid akan di-boost lagi, hi-mid akan di-cut lagi dan hi akan di-boost lagi.
Equaliser grafik untuk sound profesional umumnya dibuat dalam 1/3 oktaf. Artinya dalam satu oktaf terdapat 3 band equaliser. Satu oktaf adalah jarak dari satu frekuensi ke dua kali frekuensi berikutnya atau ke setengah frekuensi sebelumnya. Contoh jarak antara frekuensi 40Hz hingga 80Hz atau dari frekuensi 125Hz hingga 250Hz disebut satu oktaf. Spektrum frekuensi audio yang mulai dari 20Hz hingga 20kHz akan terdapat 10 oktaf, maka equaliser grafik biasanya terdapat 30 atau 31 band frekuensi. Walaupun sekarang ini ada juga equaliser digital dengan 1/6 oktaf sehingga akan terdapat 60 – 62 band frekuensi.
Setiap band frekuensi dalam equaliser grafik adalah suatu jenis BPF (band pass filter) seperti halnya equaliser parametrik namun dengan frekuensi fo yang telah ditetap di band tertentu dan nilai Q yang tetap sehingga hanya menyisakan pengatur gain saja. Bentuk kurva BPF itu akan seperti gambar berikut,
Gambar di samping adalah bentuk kurva BPF dari 4 band frekuensi saja. Kalau untuk 31 band, maka akan terdapat kurva seperti itu sebanyak 31 kurva.
Sekitar 10 atau 15 tahun lalu desain equaliser grafik masih berdasarkan rangkaian BPF standard. Salah satu kekurangan dari BPF standard adalah berubahnya nilai Q atau lebar band frekuensi karena perubahan nilai gain. Contoh kurva bentuk BPF standard adalah seperti gambar berikut,
Pada kurva BPF standard terlihat bahwa jika nilai gain tidak terlalu besar maka lebar band frekuensi akan besar sehingga nilai Q kecil. Tetapi pada nilai gain yang besar maka lebar band frekuensi menjadi sempit atau nilai Q membesar. OLeh karena itu hasil respon keseluruhan dari equaliser grafik akan terbentuk gelomban kecil-kecil atau riak dan bukannya bentuk grafik respon audio yang mulus. Efek ini kemudian dirasakan, kemudian desain equaliser grafik diperbaiki dengan rancangan BPF dengan Constant Q. Desain BPF constant-Q mempunyai bentuk kurva seperti gambar berikut,
Dengan desain Constan-Q maka baik pada nilai gain kecil maupun gain besar, lebar band frekuensi adalah tetap dengan demikian nilai Q-nya juga tetap atau konstan.
Hampir semua produk equaliser grafik yang beredar sekarang sudah memakai konsep Constan-Q ini. Hasil akhir respon equaliser dengan Constant-Q memperlihatkan kurva dengan riak-riak yang jauh lebih kecil. Contoh equaliser grafik dengan constant-Q terlihat seperti gambar di bawah,
Terlihat pada band frekuensi 4k, 5k, 6k3, 8k dan 10k di-boost dengan nilai gain yang kira-kira sama 6dB. Secara teori kita berharap akan terbentuk respon sistem audio adalah terbentuk kurva yang mulus tanpa adanya riak-riak gelombang. Tetapi seperti terlihat pada gambar hasil akhir respon gelombang di band frekuensi itu masih terlihat riak-riak gelombang yang kecil.
Sekali lagi dengan kemajuan dalam DSP (Digital Signal Processing) kekurangan yang masih ada di desain Constant-Q itu diperbaiki dengan desain yang disebut Proporsional-Q. Sistem proporsional-Q bisa dibuat dalam model matematis yang kemudian ditanamkan dalam software di DSP, tetapi sistem ini akan sangat sulit jika harus dibuat dengan rangkaian sistem analog. Bentuk dan gambaran sistem ini seperti yang ada di mixer digital iLive dari Allen-Heath yang bisa dilihat di gambar di bawah ini,
PEMAKAIAN EQUALISER GRAFIK
Seperti halnya processor audio pada umumnya, equaliser grafik bekerja dengan input dan output pada LINE level yaitu pada nominal 0,7Vpp hingga 2,7Vpp. Dengan ini equaliser grafik bisa ditempatkan di mana saja asal masih mempunyai nominal level sinyal sama dengan LINE level ini. Eq bisa di-insert-kan di mixer pada channel tertentu atau ditempatkan untuk menerima sinyal output mixer sebelum masuk ke power amplifier atau crossover.
Perihal pengaturan gain atau bentuk grafiknya, memang sekarang ini masih ada juga “operator sound system” yang mengatur equaliser sehingga membentuk grafik “smile” atau mulut tersenyum seperti gambar berikut ini,
Pengaturan seperti ini memang tidak bisa begitu saja disalahkan tetapi equaliser grafik sebenarnya bukan ditujukan untuk membuat respon “smile” seperti itu. Ada 2 tujuan utama dalam penggunaan equaliser grafik:
1. Untuk sound di main PA (Public Address), equaliser grafik biasa dipakai untuk koreksi respon sistem speaker di main PA dalam upaya untuk membuat ber-respon datar (flat). Setiap tempat dan setiap project sound system adalah unik dan tidak akan mungkin sama, jadi ini menghasilkan sistem akustik di-masing-masing tempat akan selalu berbeda-beda. Sistem akustik itu akan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pohon-pohon akan memantulkan suara, lantai keras akan memantulkan suara lebih banyak dibanding lanting tanah yang lebih lunak. Tembok gedung-gedung adalah pemantul suara. Apalagi jika project sound di indoor maka pantulan-pantulan suara itu akan datang dari lantai, tembok kanan-kiri depan belakang, atap akan membuat respon sistem speaker PA perlu untuk dikoreksi. Cara yang umum mengkoreksi adalah dengan mengeluarkan sinyal “pink noise” kemudian dengan bantuan alat spektrum analiser atau RTA (real time analyser) kita lihat respon yang terbentuk dan kemudian equaliser grafik di-atur sehingga terbaca respon di RTA yang sedatar mungkin (flat).
2. Untuk sound monitor di panggung, equaliser sering digunakan untuk memerangi feedback yang terjadi di panggung. Dalam hal ini diperlukan satu channel equaliser grafik untuk setiap output auxiliary (AUX) mixer. Langkah yang ditempuh biasanya dengan satu mic mencoba membuat terjadi “feedback” pada monitor di satu AUX. Kemudian dengan bantuan RTA kita baca, “feedback” itu terjadi di frekuensi berapa? Jika sudah diketahui, maka pada frekuensi terjadi “feedback” itu gain pada equaliser grafik di-cut hingga feedback hilang. Langkah ini dilakukan beberapa kali di satu aux mixer dan kemudian diulangi untuk semua aux mixer yang dibutuhkan. Jika pengaturan ini berhasil, maka akan dihasilkan sistem dengan “high gain before feedback” yaitu terjadi suara yang cukup di panggung sebelum terjadi feedback.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar